Telepon Tengah Malam

"Aku benci telepon tengah malam" ucap temanku kala itu.
.
.
.
Nada dering panggilan WhatsApp membangunkanku yang baru tidur sekitar setengah jam. Nama tante tertera di layar handphone-ku yang sudah cukup jadul. Jam di pojok kanan atas layar menunjukkan pukul 12 malam lebih sekian.
"Wah apa-apa nih" ada firasat tidak enak, sebagaimana temanku pernah bilang bahwa ia membenci telepon tengah malam.
 Aku menggeser layar handphone, menjawab telepon.
"Assalamualaikum, lek" ucapku membuka percakapan.
"Waalaikumsalam. Mbak, mpun ngertos dereng?" tanya tante dengan suara lirih, tidak bersemangat.
Pertanyaannya makin menguatkan perasaan tidak enak yang sudah muncul sejak handphone berdering.
"Pripun, lek?" Aku balik bertanya.
"Mbah putri......" reconnecting, dasar sinyal.
"Mbah putri, mbak. Mbah putri sedo"
Lemas.

---

Tujuh tahun lalu saat ibuk baru saja pergi, kalimat sakti mbah putri mampu menghentikan tangisku

"Umur itu titipan, jadi kalau titipan itu diambil sama yang punya, masa kita mau nolak"

..dan hari ini, kalimat sakti itu justru membuatku menangis, karena beliau harus kembali ke Yang Maha Punya (Senin, 8 Oktober 2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#bukanpuisi: Dialog di Perjalanan

#bukanpuisi: Rindu