#cerpen: Perahu Ketiga
Bismillah. Aku meminta restu bapak untuk meneruskan perjalanan menginjak bagian lainnya dari bumi Tuhan ini, juga doa ibu yang beliau entah sedang apa nun jauh di sana. "Hati-hati, Nak." Ucap bapak yang hanya bisa mengantarku sampai pelabuhan. "Terserah mau pilih perahu yang mana, terserah mau berkunjung ke pulau mana, terserah mau lewat mana. Bumi Tuhan itu luas, di mana saja tak jadi masalah selama kau bisa menebar manfaat." Lanjutnya, mengelus kepalaku, pelan. Matanya merah, berkaca-kaca, menahan isak tangis. Begitu pun dengan aku. Kami berpelukan erat masih dengan tangis yang ditahan. "Mohon doanya, Pak." Pintaku lagi entah ke-berapa kali. Kami berpisah, bapak menjauh. Semakin jauh sampai mataku tak lagi mampu menjangkau tubuhnya. *** Aku tengah berada di ruangan berukuran 2x3 meter persegi tempat calon penumpang biasa membeli tiket. Ruangan ini dibangun dengan bahan utama kayu sebagai lantai dan dinding dan seng sebagai atapnya. Jendela dan ...