Postingan

#bukanpuisi: Dialog di Perjalanan

Banyak percakapan terjadi di kepala Saat aku diam di kereta, bis antar kota, atau di tengah pesawat yang mengudara Pada setiap meter perjalanan, Kala pulang dan pergi, Ketika kaki mengantar hati membaca kode-kode Tuhan. Belum, Belum jua aku temukan kalimat terbaik untuk meredam riuh percakapan yang terjadi di kepala. Sedikit ragu menyusup ke celah optimisme pada garis ketentuan Yang Maha Kuasa Mencoba berbaik sangka pada masa depan, Tapi lagi-lagi kumpulan rasa yang tak bisa kudefinisikan berubah menjadi marah, Menyalahkan ketidakmampuanku melihat sisi baik kenyataan yang tak sesuai harapan. "Tenang, Hari ini kau tidak kelaparan Sudah cukup, tak perlu khawatir tentang nanti" Sisi diriku yang lain sesekali mencoba menghibur Menenangkan ketergesa-gesaanku yang ingin segera sampai pada masa Waktu kehendakNya dan keinginanku bertemu. Semoga yang kita harapkan sama dengan yang terbaik menurut Tuhan.

#bukanpuisi: Langit Cerah Malam Ini

Langit cerah menjadi bahan obrolan kala kita kehabisan kata-kata Dan kita akan tertawa bersama-sama Menertawakan basa basi yang basi Kalimat usang yang baiknya cukup disimpan   Tapi malam ini Langit cerah menjadi bahan penyatu rindu-rindu yang malu bertemu Kita tengah menatap arah yang sama, begitu kiranya harapanku tersurat dalam doa

#bukanpuisi: Rindu

Sorot matahari di balik jendela terlihat seperti kabut Pantulan bayang dedaunan bergerak-gerak seakan ingin menyampaikan salam, Kabar dari nun jauh di sana Berhenti, dihalang kaca Cerah hari ini justru membuat suram hati Seorang gadis kecil di atas kasur 1x2 memanggil "Mama" Dipeluknya erat selimut peninggalan ibundanya Sambil terisak, dipanggilnya terus dan lagi Mama, Mama Sorot matahari di balik jendela terlihat seperti kabut Perlahan ruang menjadi gelap Ia tertidur kembali, meneruskan mimpi semalam, tenggelam dalam rindu pada ibundanya.

#bukanpuisi: Menunggu Jumat Tiba

Kosong rasanya, meski dibilang hidup baik-baik saja Pagi - siang kerja menunggu sore Sore rebah sebentar menanti malam Saat malam datang, rasanya tak mau beranjak segera pagi Pagi terlalu cepat datang lagi Baiklah, akan kunanti saja menjadi waktu menunggu Jumat tiba Hari ketika aku menemui kekasihku, diriku sendiri Ya, aku menemui aku Berbincang tentang apa yang kulalui kemarin-kemarin, Berdiskusi panjang tentang banyak hal yang menguras pikir, Mencari jawab atas pertanyaan yang tak jua berakhir Aku selalu menunggu Jumat tiba untuk menemui aku.

Satu Tahun SKD

 “Kita semua adalah abdi, ‘Abdullah”. “Tugas kita adalah bergerak, sisanya serahkan ke Tuhan”. Tepat setahun lalu, saya mengikuti tes SKD CPNS dengan keyakinan yang belum utuh. Niat ingin membahagiakan orang tua tapi bayang-bayang tidak boleh mengajukan mutasi sebelum 10 tahun masa kerja memunculkan sedikit keraguan, apalagi kota yang saya pilih merupakan kota yang sama sekali belum pernah saya singgahi. “Kenapa milih Jepara?” Hampir setiap orang yang tahu saya mendaftar CPNS mengajukan pertanyaan serupa. Meski belum pernah mengunjungi Jepara, bukan tanpa pertimbangan tentunya. Alasan simpelnya karena ada Karimunjawa, salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Alasan lainnya karena orang tua langsung setuju begitu saya menyebutkan kata Jepara. Alasan paling panjang karena: 1. Terletak di Jawa Tengah. Jika lolos tes, jarak dari Jogja tidak terlalu jauh (saat itu saya bekerja di Jogja), 2. Belum ada universitas negeri di Jepara yang memiliki jurusan Pariwisata sehingga kemungk...

Amarah Ibu

Ibu gemar sekali bercerita, membuat puisi, menulis naskah drama, merangkai kata-kata indah sebagai ungkapan cintanya Tapi, ibu juga gemar mengomel kerap marah-marah, sampai aku bosan dengar “Marah itu tandanya sayang”, begitu Ibu bilang Sayang macam apa?, pikirku tak paham Ibu juga bilang, “Marah itu tanda peduli” Peduli macam apa?, tambah tak paham lagi "Kamu pasti akan rindu" ucap ibu di sela tangisku karena gertakannya "Rindu apa?" "Rindu dimarahi, Ibu minta maaf ya nak" Ibu mendekat, membelai halus rambutku. --- 'Iya, benar Bu', ucapku lirih sambil menahan isak, 'aku rindu mendengar amarahmu'.

Telepon Tengah Malam

"Aku benci telepon tengah malam" ucap temanku kala itu. . . . Nada dering panggilan WhatsApp membangunkanku yang baru tidur sekitar setengah jam. Nama tante tertera di layar handphone-ku yang sudah cukup jadul. Jam di pojok kanan atas layar menunjukkan pukul 12 malam lebih sekian. "Wah apa-apa nih" ada firasat tidak enak, sebagaimana temanku pernah bilang bahwa ia membenci telepon tengah malam.  Aku menggeser layar handphone, menjawab telepon. "Assalamualaikum, lek" ucapku membuka percakapan. "Waalaikumsalam. Mbak, mpun ngertos dereng?" tanya tante dengan suara lirih, tidak bersemangat. Pertanyaannya makin menguatkan perasaan tidak enak yang sudah muncul sejak handphone berdering. "Pripun, lek?" Aku balik bertanya. "Mbah putri......" reconnecting, dasar sinyal. "Mbah putri, mbak. Mbah putri sedo" Lemas. --- Tujuh tahun lalu saat ibuk baru saja pergi, kalimat sakti mbah putri mampu menghentikan tangi...